Latest Updates

CONTOH MAKALAH OLAHRAGA DAN FUNGSI OLAHRAGA DALAM PEMBENTUKKAN IDENTITAS MASYARAKAT




OLAH RAGA DAN IDENTITAS:
FUNGSI OLAH RAGA DALAM PEMBENTUKKAN IDENTITAS MASYARAKAT DAN BANGSA DI KOTA MALANG



ABSTRAKSI


Olah Raga Dan Identitas: Fungsi Olah Raga Dalam Pembentukkan Identitas Masyarakat Dan Bangsa Di Kota Malang


            Olah raga adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia, tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat kekayaan atau kemiskinan seseorang. Pertunjukkan Indonesia di Olimpiade Athena 2004 dan kekurangan perhatian dari masyarakat menciptakan pertanyaan yaitu kalau olah raga penting untuk orang Indoneisa maka bagaimana olah raga seharusnya disikapi?. Studi lapangan ini memfokuskan pada perasaan terhadap olah raga di Kota Malang dan menunjukkan fungsi olah raga dalam pembentukkan identitas masyarakat dan bangsa. Studi lapangan dilakukan antara bulan September sampai Desember 2004 di Kota Malang. Untuk mengumpulkan data, beberapa tempat olah raga misalnya veledrome, stadion Gayajana dan Komite Olah Raga Nasional Indonesia di Malang dikunjungi oleh peneliti. Beberapa pertandingan atau permainan olah raga juga dihadiri. Data penelitian bersifat qualitatif dan termasuk data dari hasil observasi, beberapa angket, wawancara yang dilakukan secara formal dan informal dan informasi dari surat kabar termasuk Kompas, Jawa Pos dan Malang Pos. Hasil studi lapangan adalah bahwa ada dua fungsi olah raga dalam pembentukkan identitas masyarakat di Malang. Yang pertama, tim sepak bola Arema dan pendukungnya Aremania adalah cara mengidentifikasikan diri kalangan banyak masyarakat Malang. Arema termasuk prinsip dan kelakukan orang Malang sejak dulu dan kebanyakan masyarakat Malang ikut Aremania. Fungsi kedua termasuk cara olah raga memberi kesempatan untuk bertemu dengan teman, sosialiasi dan menghabiskan waktu untuk orang yang bermain secara profesional, untuk organisasi atau untuk hobi. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa untuk orang Malang yang suka bermain atau menonton olah raga, olah raga adalah bagian dari hidupnya dan mempunyai fungsi besar dalam pembentukkan identitas masyarakat dan bangsa di Kota Malang.


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Olah raga adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia, tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat kekayaan atau kemiskinan seseorang. Fungsi utama olah raga adalah untuk menyehatkan badan dan memastikan organ tubuh masih sehat. Akan tetapi, biasanya olah raga mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Olah raga mempunyai kemampuan untuk menciptakan perasaan bahwa orang termasuk dalam kelompok atau komunitas yang mencintai hidup sehat. Ketika bermain olah raga, semua pemain menjadi sama tanpa memperhatikan suku bangsa, kekayaan, warna kulit atau agama.[1] Dalam konteks ini, olah raga dapat disebut Bahasa Internasional karena semua orang bisa ikut dan bermain bersama tanpa mengerti bahasa orang lain secara verbal. Olah raga bisa membuat teman menjadi musuh dan musuh menjadi teman. Untuk menonton atau ikut, olah raga dapat dinikmati oleh semua masyarakat, anak kecil sampai orang yang tua. Keterlibatan seseorang dapat dilakukan secara tidak langsung seperti menonton olah raga di televisi, mengantar anak untuk berolah raga setelah sekolah sudah selasi atau menonton pertandingan di lapangan. Selain itu, keterlibatan dapat juga secara langsung seperti bermain untuk klub, propinsi atau negara. Olah raga tidak tergantung pada kekayaan negara atau kekayaan orang yang bermain. Olah raga dapat diciptakan atau dimodifikasikan untuk daerah atau situasi. Oleh karena itu, olah raga bisa menjadi gaya hidup untuk beberapa orang dan dapat berfungsi sebagai cara untuk menghabiskan waktu yang aman dan persahabatan. Olah raga mempunyai kemampuan untuk mengingkatkan rasa pada diri, daerah atau negara.[2]

Rumusan Masalah
            Di Olimpiade Athena pada tanggal 13-29 Augustus 2004, Indonesia mendapat empat medali, satu emas, satu perak dan dua perunggu. Walaupun mendapat medali-medali di Olimpiade adalah prestasi yang baik, dibandingkan dengan negara lain, kesuksesan ini tidak terlalu bagus. Hal ini berarti, walaupun penduduk Indonesia jumlahnya banyak sekali, bahkan merupakan negara keempat di dunia yang penduduknya paling banyak namun Indonesia hanya mengirim 39 atlet dalam 14 jenis olah raga ke Olimpiade.[3] Hal tersebut bisa dibandingkan dengan negara seperti Australia yang mempunayi 20 juta penduduk tetapi mendapat 49 medalia, 17 emas, 16 perak dan 16 perunggu. Selain dengan itu, tidak ada stasion television yang menyiar Upacara Pembukaan Olimpiade atau olah raga secara langsung dan ada kurang perhatian dari masyarakat Indonesia tentang Olimpiade.

Sebagai orang Australia, peneliti tahu bahwa kebanyakan alasan Austraila mendapatkan banyak medali di Olimpiade Athena adalah karena Australia mempunyai kebudayaan olah raga. Memang ada faktor lain, seperti fasilitas yang bagus, pemerintah yang membayar atlet atau klub olah raga uang yang cukup banyak, dan program-program pembinaan untuk anak-anak. Akan tetapi, semua faktor ini belem tentu akan membuat negara berprestasi dalam bidang olah raga. Sikapnya masyarakat dalam bidang olah raga, pemain dan usaha masyarakat untuk menjadi pemain dan negara olah raga yang terbagus di dunia menjadi satu hal yang penting. Bagi kebanyakan orang Australia, kebudayaan olah raga memberi arti bahwa banyak orang Australia mempunyai identitas yang termasuk kegiatan olah raganya. Kegiatan olah raga berfungsi sebagai sarang untuk mengidentifikasikan diri. Oleh karena itu, peneliti ingin menemukan kalau ada kebudayaan olah raga atau kalau masyarakat Malang menganggapi olah raga sebagai bagian dari hidupnya.

Tujuan dan Kegunaan Masalah
            Dari gambaran ini maka dapat dirumuskan masalahnya untuk penelitian ini adalah bagaimana fungsi olahraga dalam pembentukkan identitas bagi masyarakat di kota Malang.



BAB II
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
            Sebagai studi lapangan, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang banyak melibatkan orang untuk diwawancarai dengan semakin banyak orang di Malang untuk dimintai pendapatnya dan perasaannya tentang olah raga di Malang, maka semakin valid datanya.

Tempat dan Waktu Pentlitian
            Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, di antaranya velodrome, Stadion Gajayana, dan beberapa tempat lain seperti gedung-gedung olah raga, tempat olah raga di universitas, stadion dan jalan lokal. Waktu penelitian dilakukan antara bulan September sampai Desember tahun 2004.

Populasi dan Sampel
            Walaupun sepak bola adalah cukup besar di Malang, peneliti juga ingin melihat pada olah raga lain. Sebetulnya bagian besar laporan ini memfokuskan terhadap sepak bola karena itu olah raga yang terbesar di Malang. Akan tetapi, ada beberapa olah raga lain yang juga besar dan agak populer. Oleh karena itu, peneliti mencoba mewawancarai sebanyak mungkin pemain dan penonton olah raga dari beberapa cabang olah raga selain sepak bola misalnya balap sepeda, paralayang dan karate.


Teknik Pengumpulan Data
            Untuk mengumpul data, peneliti memakai beberapa metode. Yang paling utama, peneliti memakai observasi. Sebab dengan observasi, peneliti dapat menemukan lebih banyak pendapat orang daripada kalau dibuat pertanyaan dalam bentuk angket. Peneliti juga terkadang ikut pertandingan olah raga, dan juga menjadi terlibat dalam menonton olah raga, misalnya menonton Arema di Stadion Gajayana. Selain itu, peneliti sering bertanya kepada penduduk Malang, kedua secara formal seperti wawancara dan informal dengan melakukan pembicaraan secara umum. Untuk melengkapi data yang diperlukan maka digunakan angket terutama pemain dan penonton olah raga. Peneliti juga sering membaca bagian olah raga dalam surat kabar termasuk Kompas, Jawa Pos dan Malang Pos.

Profil Lokasi Penelitian
            Setelah melakukan penelitian di Malang, maka peneliti menetapkan untuk responden dapat diklasifikasikan dalam beberapa topik. Topiknya adalah,
  • Aremania
  • Profil Atlet Berprestasi di Malang
  • Motivasi Pemain Olah raga
  • Olah raga Sore di Tempat Umum
  • Pendapat Masyarakat Malang Tentang Olah raga dan Pemainnya

BAB III
AREMANIA

Pendahuluan
            Tidak mungkin melakukan penelitian tentang olah raga dan identitas di Malang tanpa melihat aktivitas yang dilakukan oleh tim sepak bola Arema dan pendukungnya, Aremania. Memang ada banyak olah raga di Malang selain sepak bola dan Arema, tetapi ada terlalu banyak Aremania di Malang untuk tidak mengambil peduli dalam fenomen ini. Sebetulnya, waktu peneliti pertama kali mau melakukan penelitian tentang olah raga di Malang, peneliti tidak ingin melakukan semuanya tentang Aremania. Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan orang di Malang sudah tahu tentang Arema dan Aremania. Akan tetapi, waktu peneliti mulai, tidak mungkin menulis tentang olah raga di Malang tanpa termasuk Aremania. Untuk kebanyakan penduduk kota Malang, Aremania adalah identitasnya. Waktu peneliti baru pindah ke kota Malang, peneliti bertemu dengan seorang laki-laki di jalan. Dia berkata, “lihat baju saya, Singo Edan, saya Aremania. Sudah tahu tentang Aremania? Anda harus tahu tentang Aremania.” Yang menarik tentang situasi ini adalah bahwa nanti, peneliti menemukan bahwa anak Aremania ini tidak pernah menonton Arema bermain sepak bola. Bagaimana pemuda ini bisa berkata bahwa dia sudah Aremania tanpa menonton pertandingan? Berarti Aremania adalah kejadian yang sudah menciptakan identitas untuk beberapa orang di Malang. Mereka adalah Aremania.

Metode
            Untuk mencari informasi tentang Aremania, peneliti sering menonton Arema bermain di Stadion Gajayana dan juga menonton pertandingan Persema. Peneliti mencari informasi tentang Arema di internet dan juga di surat kabar. Selain itu, peneliti sering berbicara dan mewawancarai Aremania, di pertanding dan di tempat lain.

Tim Arema
            Arema sebagai klub sepak bola didirikan pada tanggal 11 Augustus 1987. Zodiak untuk Arema adalah Leo, jadi Arema memilih simbol singa dan menjadi tim Singo Edan, atau Singa Gila. Aremania adalah nama untuk pendukung Arema. Juga bisa disebut Aremania untuk laki-laki dan Aremanita untuk perempuan. Aremania sebagai kelompok didirkan karena sebelum Aremania, sering ada bentrokan antara pendukung-pendukung, khususnya antara pendukung tim Arema dan pendukung tim Surabaya, Persebaya. Arema sebagai tim tidak suka bentrokan ini dan tidak mau bentrokan di pertandingannya, jadi menciptakan kelompok pendukung Arema namanya Aremania. Aremania menciptakan lagu-lagu untuk membuat penonton dan pemain lebih semangat. Mereka membuat lagu-lagu, dan mencari orang untuk menjadi dirigen atau pemimpin untuk memimpin lagu di pertanding. Akibatnya, di pertandingan Aremania kelihatan dan kedengaran satu kelompok yang disatukan, kuat dan bangga, yang diiringi oleh yel-yel dan lagu-lagu.

            Arema sebagai tim sepak bola cukup bagus. Tim tersebut baru meloloskan diri ke Divisi Utama PSSI setelah beberapa pertandingan di Jakarta dan menjadi tim juara di Divisi I pada bulan Oktober 2004. Arema menjadi tim juara waktu melawan PSDS lewat perpanjangan waktu dan pemain Arema, Marthen Tao mendapat gol ‘emas’ di menit akhir perpanjangan kedua.[4] Sebetulnya, pemain-pemain Arema bukan semua asli Malang. Selain orang Malang dalam tim ini, ada beberapa pemain dari daerah lain di Indonesia dan juga dari luar negeri, dengan empat pemain yang berasal Brazil. Dulu, kebanyakan pemain Arema asli Malang tetapi setelah kalah terus dan managemen tim diganti, mereka sadar bahwa untuk menjadi tim terbaik, mereka harus mendapat pemain terbaik, baik mereka yang asli Malang atau daerah lain. Untuk Arema dan Aremania, mereka tidak peduli tentang tempat lahir atau tempat asli pemainnya. Ketika orang bermain untuk Arema, mereka menjadi satu dengan Arema dan Aremania tanpa memperhatikan suku bangsa, agama atau apa saja. Kalau mereka terus bermain untuk Arema, mereka akan terus dicintai oleh kebanyakan masyarakat Malang. Misalnya, Marthen Tao berasal dari Papua, dan Arema dan Aremania bersama tidak peduli dia bukan orang Malang, khususnya waktu dia mendapat gol di Jakarta. Selain itu, pemain dari Brazil dikasih Aremania bendera Brazil yang juga mempunyai kata Arema. Arema dan Aremania adalah tentang perasaan kebersamaan. Kalau ada orang yang memakai baju Arema, mereka benar-benar Aremania karena Aremania mempunyai kepuasan hati dan perasaan bangga. Kalau ada orang luar Malang atau Indonesia yang mau ikut Aremania, mereka boleh kalau mereka mengerti prinsip Arema dan mempunyai keinginan hati untuk ikut. Kalau mereka mau, orang luar juga dapat menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

Artinya Arema dan Aremania
            Arema adalah singkatan untuk Arek Malang atau Anak Malang. Arema sudah didirikan sebagai kata untuk menyatukan masyarakat Malang sejak dulu. Arema sudah dikenal sebagai kata Malang dan kata tersebut termasuk prinsip-prinsip orang Malang. Waktu tim Arema didirikan dan mereka harus memilih nama untuk timnya, mereka memilih Arema karena Arema sudah termasuk prinsip dari masyarakat Malang. Dulu, ada beberapa nama lain sebelum Arema dipilih tetapi akhirnya nama Arema dipakai. Oleh karena itu, Arema mempunyai maksud untuk masyarakat Malang yang lebih kuat daripada hanya tim sepak bola. Ini karena orang Malang memikirkan tentang Malang dan kebanggaan kotanya waktu mereka mendengar kata Arema. Pikiran ini adalah kemungkinan besar kenapa Aremania mendapat banyak dukungan.

Prinsip atau kata Arema untuk kebanyakan orang Malang mulai sejak masih kecil. Mereka merasa bahwa ada prinsip nuwun sewu atau permisi di Malang dan mereka merasa bangga pada kotanya. Arema sebagai tim sepak bola memakai prinsip atau gaya Arema untuk melanjutkan tim sepak bola Arema. Aremania mengambil prinsip Arema dan memakai prinsip itu untuk Aremania yang lebih resmi. Oleh karena itu, banyak masyarakat Malang sudah mempunyai pikiran atau prinsipnya, dan ikut Arema dan Aremania karena ingin meresmikan perasaannya. Aremania ikut karena keinginan hati, bukan karana dipaksa atau program, dan tidak ada pemimpin. Aremania mempunyai semboyan,
Yang Penting Jiwa Arema
Hanya Satu Jiwaku Aremania
yang menunjukkan perasaan bahwa identitas Aremania sudah menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

Aremania mempunyai prinsip kuat. Kalau mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli tiket atau berjalan ke kota lain untuk menonton Arema, mereka akan bermain musik di jalan atau meminjam uang dari teman untuk mendapatkan uang. Mereka tidak akan mencuri atau melakukan sesuatu yang merupakan pelanggaran. Prinsip ini adalah sama kalau Aremania ke kota lain untuk menonton Arema. Aremania tidak mau menganggu masyarakat kota itu atau melakukan sesuatu yang kurang sopan. Arema kuat dalam kepercayaannya dan tidak pernah mau menciptakan persoalan. Hanya ada satu hal yang bisa mendapat Aremania menjadi kurang baik yaitu kalau pendukung tim lain merusak bendera Arema. Misalnya, menurut seorang Aremania, sering kali Aremania dilempari waktu di pertandingan tetapi Aremania duduk diam dan tidak membalas atau melakukan apa saja. Akan tetapi, kalau pendukung tim lain itu merusak bendera, Aremania akan menjadi marah dan membalas sebagai kekuatan satu.

Kesatuan Arema dan Aremania
            Ada tim sepak bola lain di Malang, Persema atau persatuan sepak bola Malang. Peneliti bertanya kepada seorang Aremania kenapa Arema mempunyai lebih banyak dukungan daripada Persema walaupun Persema didirikan pertama dan mewakili kabupaten Malang. Dia menjawab bahwa alasannya adalah hanya kata-kata yang berbeda. Dia berkata bahwa karena Arema memakai kata Arema, itu membawa kebanggaan arek Malang dan orang mau ikut karena mereka sudah Arema. Dia berpendapat bahwa Arema menyatukan arek Malang dan karena katanya hanya lima huruf, itu lebih enak untuk berteriak di pertandingan. Pada pihak lain, Persema tidak mempunyai kemampuan untuk menyatukan Malang karena orang tidak menengal kata Persema sepert kata Arema. Alasan lain yang lebih mendasar adalah bahwa ada suasana yang bernuansa birokrat karena klub itu adalah milik pemerintah daerah.[5] Seorang Aremania tersebut mengakui bahwa Persema didirikan lebih dulu jadi sebetulnya Persema kakak yang lebih tua. Walaupun Persema tim yang lebih tua, namun jika diamati di pertandingan, maka Arema yang mempunyai lebih banyak mendapatkan dukungan.

Aremania adalah kelompok yang kuat sekali. Peneliti mau tahu kalau kekuatan ini hanya karena orang sudah teman memakai baju Arema bersama atau mereka menjadi teman karena mereka ikut Aremania. Waktu peneliti ikut Aremania dan memakai baju, peneliti bisa melihat pada kelompok ini dan menentukan bagaimana pandangan orang lain dapat diubah kalau orang ikut Aremania. Waktu peneliti memakai baju Aremania di jalan, peneliti terkejut sekali karena perasaan terhadap peneliti diganti dari ‘orang luar’ kepada orang yang dihormati seperti biasa. Biasanya kalau peneliti jalan-jalan, selalu ada orang yang berteriak, ‘bule,’ ‘hello miss’ atau kata lain seperti itu yang menunjukkan bahwa peneliti bukan orang Indonesia tetapi orang luar. Selain itu, peneliti sering mendengar orang Indonesia di jalan bicara tentang peneliti dan secara atomatis mereka berpendapat bahwa peneliti seorang turis. Namun sangat menarik, kalau peneliti memakai baju Arema, peneliti bukan orang bule, turis, atau orang luar lagi. Peneliti langsung Aremania dan dihormati sebagai Aremania oleh orang lain. Waktu peneliti memakai baju Arema, daripada yang biasa, orang di jalan hanya melihat peneliti dan berkata, “Arema” atau “Aremania” dan langsung terus dengan kegiatan mereka. Peneliti bukan dianggap seperti orang luar lagi. Sama dengan itu, waktu peneliti dan teman-teman Australia menonton Arema bermain di Stadion Gajayana, kami juga termasuk sebagai Aremania dan kurang mendapat perhatian daripada biasa kalau kami di jalan. Ini menunjukkan identitas Aremania sangat kuat sekali. Kelihatan bagaimana orang langsung dapat dianggap sebagai bagian dari kelompok dan mengidentifikan dirinya sebagai anak Aremania. Berikutnya adalah penjelasan tentang pertandingan Arema jadi pembaca dapat mengerti kelompok dan identitas yang peneliti jelaskan di atas tentang gaya Aremania.

Contoh Aremania di Pertandingan
Pada hari pertandingan, dimana-mana banyak orang memakai baju, jaket, topi, selendang atau bawa bendera Arema. Kelihatan seperti laut biru yang menuju ke stadion Gajayana, di mobil, sepeda motor atau berjalan kaki, orang-orang mempunyai satu pikiran. Tiba di stadion dan mempersiapkan untuk mendukung tim kesayangannya. Orang-orang ini berumur bayi sampai sudah tua dan yang paling banyak ada kelempok-kelompok laki-laki. Anak yang masih mudah sering diantar oleh kakaknya. Selain laki-laki, masih ada beberapa ayah bersama anaknya, dan perempuan juga. Di salah satu pertandingan juga ada beberapa waria. Yang penting, semua orang ini Aremania, dan datang untuk satu alasan yaitu untuk menonton tim Arema atau Singo Edan dan mengharapkan menang. Tidak apa-apa kalau perempuan, laki-laki, tua atau mudah, semuanya menjadi teman. Ada orang-orang dimana-mana yang memakai beberapa jenis baju Arema. Ada baju biru, hitam dan banyak lagi, tetapi yang penting semua baju itu menyebut Arema atau Aremania. Selain baju, ada jaket, topi, selendang atau juga ada yang bawa bendera Arema di punggungnya. Bukan hanya pakaian resmi Arema, ada juga yang mencetak baju sendiri, jadi bajunya unik tetapi masih Aremania. Misalnya ada baju biru dengan wajah singa di depan dan Arema ditulis di belakang. Semua orang yang bersama ke stadion Gajayana menciptakan perasaan Aremania, yaitu Aremania adalah gaya hidup, dan untuk kebanyakan Aremania saat itu, Aremania dan menonton Arema adalah paling penting bagi mereka.

Di luar stadion ada banyak polisi, dan tank meriam air untuk kemungkinan jika ada persoalan di dalam. Tetapi setiap kali peneliti menonton pertandingan, Aremania tidak pernah mengganggu polisi dan polisi tidak mengganggu Aremania. Aremania lebih tertarik pada masuk stadion dan mencari tempat duduk. Untuk masuk stadion, orang-orang harus berbaris satu per satu. Ada orang, khususnya ayah yang bawa anaknya yang masuk barisan lewat samping, tetapi biasanya orang tidak peduli. Mereka semua tunggu secara sabar untuk memberi tiketnya dan lewat polisi yang memeriksa semua isi tas. Kalau orang mempunyai botol, mereka harus ganti botol itu dengan plastik. Semua kegiatan ini untuk memastikan keamanan pertandingan, tetapi secara umum, Aremania tidak mau menciptakan persoalan. Sebetulnya Aremania tidak akan membuat kesulitan untuk orang lain. Mereka hanya ingin melihat tim Arema menang.

Setelah masuk, orang-orang memilih tempat duduk. Yang sudah diketahui oleh semua Aremania, kalau mau mendukung Arema yang paling aktif, duduk di kedua tepi stadion. Alasannya adalah karena di situ ada dirigen yang memimpin sorak-sorai. Mungkin paling penting untuk Aremania, dirigen-dirigen menciptakan kesatuan untuk Aremania, dan memastikan orang ramai yang bersorak menjadi satu. Dirigen juga mempunyai peran dalam aksi Aremania sebelum pertandingan dimulai. Selain dengan dirigen, ada orang-orang yang membawa drum-drum dan berdiri di bawah dirigen dan bermain jadi dirigen dan Aremania dapat bernyanyi bersama dan membuat Aremania menjadi kompak. Orang-orang ini paling penting karena tanpa mereka, Aremania tidak akan bersama dan nyanyian kurang bagus.

            Satu contoh aksi yang dilakukan oleh dirigen pada suatu pertandingan adalah waktu dua Aremania masuk lapangan, membawa boneka batu nisan untuk tim lain. Mereka berjalan kaki mengelilingi lapangan sampai berhenti di depan tempat duduk tim lain. Kedua dirigen langsung ke situ dan membangunkan tempat kubur untuk tim lain sehingga menakutkan tim lawan dan membuat Aremania menjadi lebih ramai. Walaupun dari luar aksi ini mungkin kelihatan agak jahat, tetapi sesungguhnya hal ini hanya untuk menyenangkan dan menunjukkan adanya kekompakan bagi Aremania dalam memberi dukungan terhadap timnya.

            Pada saat ini, kelompok Aremania hampir tidak bisa menahan teriakan yel-yel walaupun pemain Arema masih belum kelihatan. Dirigen Aremania mulai memimpin sorak-sorai dan semua Aremania ikut bernyanyi. Yang menarik tentang sorak-sorai ini adalah ini tidak hanya sekedar nyanyian, tetapi ada tindak-tanduk yang mengiringi nyanyian tersebut. Walaupun ini mungkin kedengaran seperti tidak penting, namun tindak-tanduk ini dapat mempersatukan Aremania. Dari salah satu sudut stadion kelihatan kelompok Aremania melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan pemandangan yang benar-benar mengagumkan. Aremania yang melihat gerakan-gerakan itu langsung ikut serta. Hasilnya adalah bahwa semua Aremania mencoba menjadi lebih keras dan bersemangat, dan akhirnya hanya yang kedengaran adalah Aremania. Kalau ini cara untuk menakutkan tim lawan, pasti berhasil.

            Kemudian, ada suara di pengeras suara yang memperkenalkan tim dan meminta untuk diam sambil mendengar lagu nasional. Yang mengherankan untuk orang luar, tidak ada alat musik yang mengiringi lagu nasional itu. Semua orang hanya bernyanyi bersama, pakai suara yang keras dan cukup jelas. Lagu ini adalah menunjukkan kebanggaan. Kebanggaan untuk tim, Malang dan Indonesia. Pada saat menyanyi lagu nasional itu, semua orang dalam stadion itu merasa seperti satu. Perasaan seperti, “kita Aremania, dan tidak ada kekuasaan yang lebih kuat daripada kita.”

            Akhirnya, pengeras suara mengumumkan tim Arema dan tim lawan. Waktu Arema berlari ke lapangan itu, suara Aremania kembali terdengar dengan yel-yel khas. Pemain tim Arema melambaikan tangan dan membuat tindakan jadi suara Aremania menjadi lebih keras. Yang jelas, Arema suka Aremania, dan tidak ada Arema tanpa Aremania.

            Ada banyak polisi, lebih dari seratus yang duduk di sekeliling lapangan. Mereka membawa perisai dan ada dua anjing untuk menguasai orang-orang kalau Aremania menjadi ramai. Akan tetapi, polisi tahu kalau Aremania tetap bersama, polisi tidak bisa melakukan terlalu banyak untuk menguasai orang-orang karena Aremania terlalu banyak. Misalnya, di satu pertandingan, ada orang yang memakai baju Aremania yang berlari ke lapangan. Dia ditangkap oleh polisi dengan perlakuan yang agak keras dan ditarik dari lapangan. Setelah Aremania yang menonton sepak bola melihat, mereka mulai menjadi ramai. Polisi-polisi melihat situasi Aremania, dan walaupun polisi tahu mereka bisa membawa orang itu ke stasion, dia dilepas dan polisi itu tersenyum dan melambaikan tangan kepada penonton. Selain itu, sering kali ada orang yang melempar aqua pada polisi. Kalau polisi dipukul, biasanya mereka hanya lihat kepada para Aremania dan tidak melakukan tindakan apa-apa. Dalam konteks ini, Aremania mempunyai kekuasaan sendiri. Seperti itu, waktu Arema mendapat gol, Aremania menjadi gila. Tidak perlu dirigen untuk memimpin sorak-sorai. Aremania melakukan itu sendiri.

Setelah pertandingan selasai, jalan menjadi ramai lagi. Ada beberapa orang yang meninggalkan stadion sebelum pertanding selesai kalau kelihatan seperti Arema akan menang. Biasanya orang tua termasuk anak kecil pulang lebih duluan agar lebih memudahkan. Setelah pertandingan selesai, semua orang mulai keluar stadion. Walaupun ramai, jarang ada orang yang menerobos diantara orang banyak. Kebanyakan orang bersabar dan menunggu sampai bisa keluar tanpa menganggu orang lain. Di luar stadion ada banyak angkutan yang penuh dengan Aremania, sama dengan mobil, sepeda motor dan becak. Banyak Aremania juga berjalan kaki supaya lebih cepat pulang. Masih ada orang yang berteriak Aremania tetapi secara umum, lebih sepi daripada sebelum masuk.

Aremania di luar Malang
Yang peneliti jelaskan di atas adalah contoh pertandingan Arema. Akan tetapi, bagaimana kalau ada pertanding di luar kota Malang? Aremania tidak hanya di kota Malang, tetapi ada bagian Aremania di beberapa kota lain di Indonesia. Selain itu, kalau ada pertandingan yang cukup besar untuk Arema, Aremania akan berdatang ke kota lain untuk menonton tim kesayangannya. Kejadian seperti ini dapat dilihat waktu Arema menjadi juara Divisi I dan sekitar 10.000 Aremania berdatang ke Jakarta untuk mendukung Arema.

Sebelum Final Divisi I di Jakarta, Arema harus bermain dua pertandingan untuk maju ke pertandingan final. Jadi, kalau Aremania mau menonton semua pertandingan, mereka harus ke sana untuk sepuluh hari. Untuk Aremania benar, ini tidak masalah. Sebelum pertandingan pertama, 3.000 Aremania dari Malang naik bus, mobil dan kereta api untuk sampai ke Jakarta.[6] Semakin lama dalam kompetisi, semakin banyak Aremania yang datang. Akhirnya ada 10.000 Aremania di Jakarta. Kebanyakan Aremania ke Jakarta tanpa cukup uang, pakaian atau makanan. Mereka hanya ke Jakarta untuk menonton Arema, dan tidak peduli dengan faktor lain. Ada Aremania di Jakarta yang berkata, “kami hanya modal semangat saja ke Jakarta. Makan seadanya, tidur di emperan stadion dan pakaian juga seadanya. Itu tak masalah bagi kami asal Arema nantinya juara.”[7] Jadi, ada ribuan Aremania di Jakarta tanpa cukup makanan atau uang. Kelihatan seperti Aremania mempunyai persoalan tetapi persoalan itu bisa diatasi. Aremania sebagai satu kelompok atau identitas juga ada di Jakarta dan Aremania Batavia datang untuk membantu Aremania. Kesatuan Aremania muncul waktu Aremania Batavia, sama dengan orang Jakarta lain membantu untuk memasok ribuan nasi bungkus, dan jenis makanan lain supaya Aremania tidak kelaparan.[8] Walaupun dua kelompok ini tidak mempunyai hubungan yang resmi untuk saling membantu, mereka dua-duanya mendukung Arema dan hal itulah yang menjadi alasan untuk membantu dan menjadi teman. Aremania adalah identitas, bahkan seperti agama untuk orang Aremania di seluruh Indonesia.

Setelah Arema sebetulnya menjadi juara Divisi I dan pulang ke Malang, kekuatan Aremania terlihat. Arema tiba di lapangan udara di Surabaya pukul 14.00. Waktu mereka tiba, mereka menerima sambutan yang hangat dari konvoi Aremania yang ke sana untuk mengiringi pemain-pemain Arema. Ada kedua laki-laki dan perempuan, dan juga keluarga dan anak kecil yang dibawa untuk melihat pemain-pemain Arema. Ada yang membawa mobil terbuka dengan boneka singa, dan banyak sekali sepeda motor. Mereka ikut tim Arema sepanjang jalan dari Surabaya ke Malang.[9] Juga, beberapa hari kemudian waktu Arema sudah tiba di Malang, ada kesempatan untuk Aremania melihat pemain Arema dan Aremania lagi menciptakan konvoi. Konvoi ini termasuk ribuan Aremania dan mereka berkeliling kota. Polisi harus ke jalan dan pada hari itu ada banyak kemacetan di Malang karena Aremania ingin menunjukkan dukungannya. Yang menarik tentang dua konvoi ini adalah bahwa kebanyakan masyarakat Malang, walaupun diganggu, tidak berkata apa saja yang jelek tentang Aremania. Mereka mengerti kekuatan Aremania dan ada banyak masyarakat Malang yang ikut, jadi hanya berkata, “hari ini ada banyak kemacetan karena Aremania,” seperti Aremania adalah kelompok sendiri dan harus dihormati seperti biasa sama dengan organisasi atau kelompok lain.

Aremania tidak hanya satu kelompok untuk pendukung-pendukung tim football Arema. Bagi masyarakat Malang, kelompok Aremania adalah gaya hidupnya. Aremania mempunyai bahasa sendirinya, Bahasa Balik dimana semua kata dibaca secara terbalik. Satu kali ketika peneliti berjalan-jalan dengan teman-teman yang ikut Aremania, mereka sering memakai Bahasa Balik ini seperti itu biasa. Teman-teman juga berkata bahwa ada baju Aremania yang mempunyai tulisan, 99% Aremania, 1% Pacarku yang menunjukkan kesukaan Aremania.



Kesimpulan
Orang yang ikut Aremania karena keinginan hati mempunyai identitas yang juga termasuk identitas Aremania. Betul, mereka masih orang sendiri dan tinggal seperti biasa. Akan tetapi, mereka tahu bahwa mereka sebagaian Aremania, sekelompok yang mempunyai gaya sendiri. Aremania mengetahui bahwa mereka termasuk dalam kelompok yang cukup kuat, besar dan penting. Oleh karena itu, untuk beberapa anak Malang, Aremania adalah sebagaian organisasi yang lebih besar daripada mereka sendiri, dan ini berarti mereka tidak sendirian di Malang. Seperti anak laki-laki tersebut yang tidak pernah menonton Arema bermain sepak bola tetapi tetap ikut Aremania, Aremania adalah kepercayaan untuk banyak orang di Malang. Walaupun kepercayaan itu mempunyai artinya berbeda untuk setiap anak Aremania, Aremania masih merupakan bagaian dari masyarakat kota Malang secara keseluruhan.

BAB IV
A. PROFIL ATLET BERPRESTASI DI MALANG

Pendahuluan
            Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan atlet berprestasi di Malang sebagai atlet yang pernah berkompetisi pada tingkat nasional atau internasional. Juga termasuk atlet yang pernah ke Olimpiade Athena pada bulan Augustus 2004, atlet yang ikut Pekan Olah Raga Nasional atau PON XVI Palembang, atau pemain sepak bola yang bermain dalam kompetisi nasional. Atlet tersebut adalah dalam kelas sendiri. Ada atlet lain di Malang yang dapat termasuk dalam pengertian ini seperti atlet bola basket, tetapi karena terbatasan waktu, maka tidak semuanya dapat dimasukkan atau diteliti.

Ketika melakukan wawancara dengan atlet ini, peneliti menerima pendapat bahwa ada dua jenis atlet berprestasi yang berlatih di Malang. Ada atlet yang bermain dengan tim atau olah raga yang cukup besar dan sudah mempunyai prestasi di Malang sehingga mereka telah mendapat perhatian. Namun juga ada atlet yang bermain olah raga yang masih belum mendapat banyak perhatian. Kedua kelompok ini berbeda hanya secara pikiran. Dari observasi peneliti, perbedaan antara pemain yang bermain untuk olah raga yang sudah diperhatikan dan pemain yang bermain olah raga yang belum diperhatikan cukup besar. Atlet yang bermain olah raga yang belum besar atau belum mempunyai cukup fasilitas tahu bahwa ada perjuangan untuk meningkatkan prestasi olah raga di Malang. Atlet ini mengalami kesulitan dalam olah raga sendiri kalau mereka mau mendapat dukungan atau fasilitas dari pemerintah atau organisasi lain, jadi mereka juga mengerti perjuangan orang lain yang bermain olah raga yang masih kurang mendapatkan perhatian. Pada sisi lain, kebanyakan atlet yang bermain olah raga yang sudah mempunyai cukup atau lebih banyak perhatian tidak merngerti tentang perjuangan olah raga lain. Mereka sudah bermain olah raganya dan tidak berpikir terlalu banyak tentang olah raga lain.

Metode
Untuk melihat sikap para atlet ini maupun perasaan identitas dalam kelompok olah raga, ada beberapa tempat yang peneliti kunjungi dan menonton gaya atlet di situ. Peneliti sering ke velodrome, stadion dan tempat lain seperti gedung olah raga. Peneliti juga ikut Upacara Penghargaan Atlet PON XVI pada tanggal 28 Oktober 2004 di Balai Kota Malang, dan diperbolehkan mewawancarai dan bertanya tentang berbagai hal kepada semua atlet.


1. ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG SUDAH MENDAPATKAN PERHATIAN

Sepak Bola
Olah raga yang paling besar di Malang adalah sepak bola. Dengan dua tim, Arema dan Persema, masyarakat Malang sering ke stadion dan menikmati pertandingan timnya. Satu hari, peneliti menonton press conference tim Persema untuk sementara. Peneliti diantar ke situ karena memang peneliti tidak dapat masuk atau berbicara dengan pemain kalau peneliti ke situ sendirian. Ada rumah atau asrama yang dipakai oleh Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Malang untuk ditempati oleh atlet berprestasi. Rumah ini dekat dengan kantor KONI dan cukup mewah. Waktu peneliti tiba ke situ, ada banyak mobil di tepi jalan dan hanya ada beberapa sepeda motor. Kelihatan orang yang terlibat dengan tim ini mempunyai kemampuan untuk membeli mobil. Selain mobil-mobil, ada beberapa polisi yang berdiri di sekeliling rumah itu dan wartawan-wartawan dimana-mana. Juga ada beberapa pegawai dari kantor pemerintah seperti KONI. Waktu peneliti lihat ke dalam rumah, ada banyak pemain Persema yang memakai baju Persema yang sama, biasanya dengan celana ‘jeans’. Mereka dikasih makanan dan minuman dan diperbolehkan berbicara sambil menunggu acara dimulai. Cara bicaranya keras sekali dan sering bercanda. Sambil peneliti di luar, ada pemain asli Chili yang menemui wartawan dan dalam Bahasa Indonesia yang sudah lancar, bertanya siapa wartawan yang menulis artikel dalam Malang Pos yang berkata bahwa dia akan ikut Persema lagi musim depan. Pemain ini tidak senang karena informasi itu belum ditentukannya. Waktu pemain Chili ini berbicara, dia melihat kepada kawan seregunya dan memutar matanya. Mereka tersenyum bersama dan pemain luar negeri terus dengan percakapannya. Dengan melihat cara pemain dan pegawainya berkumpul bersama, dapat dilihat kesatuan tim Persema. Walaupun pemain tersebut bukan orang Indonesia, dia dianggap sama dengan anggota Persema lain. Dia dapat bercanda dan tertawa tentang anggota tim lain seperti dia juga orang Indonesia. Tim Persema kelihatan seperti kelompok yang kompak sekali.

Setelah ditanya oleh teman peneliti, pemain Persema senang untuk diwawancarai, tetapi hanya ada waktu untuk mewawancara satu orang. Pemain yang diwawancarai ramah sekali dan sangat membantu dan menjawab semua pertanyaan. Yang peneliti dapat dari wawancara itu adalah bahwa pemain ini dapat jaminan hidup karena bermain untuk Persema. Dia mempunyai pendapat bahwa olah raga di Malang sangat dihargai, khususnya sepak bola. Dia suka menjadi ‘pahlawan’ olah raga karena membuat senang keluarga dan temannya. Yang paling penting, dia bermain untuk dia sendiri, kemudian timnya dan setelah itu, untuk pendukung dan keluarga.

Waktu peneliti melakukan wawancara, walaupun pemain itu ramah, peneliti mempunyai perasaan seperti tidak mau menghabiskan terlalu banyak waktu karena dia sibuk dan waktunya mahal. Perasaan ini mungkin betul, mungkin salah, tetapi yang penting ada perasaan tersebut. Biasanya, pikiran seperti itu hanya diciptakan kalau ada orang yang berprestasi atau cukup tingginya kedudukan dalam masyarakat. Betul, Persema adalah tim sepak bola yang mewakili Malang, dan peneliti berpendapat bahwa pemain tahu tingginya atau penghargaan untuk mereka karena mereka telah berhasil menjadi ‘pahlawan’ olah raga untuk masyarakat Malang.

            Dari pengalaman peneliti, ada pancaran keren meliputi pemain Persema. Walaupun mereka sangat ramah dan mau membantu, kelihatan seperti mereka memikir mereka sudah berprestasi dan tidak perlu orang lain karena mereka sudah terkenal di Malang. Persema baru kalah di Jakarta, tetapi terlihat seperti itu sudah dilupa. Kelakuan ini tidak berarti bahwa mereka tidak peduli tentang orang lain dan pertandingnya, tetapi waktu mereka bersama, mereka kompak sebagai satu kelompok atau satu tim. Waktu tim Persema bersama, mereka tidak merasa orang sendiri lagi, mereka adalah bagian tim. Mereka tahu bahwa mereka sudah berprestasi di Malang, dan tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain di Malang yang masih terus berjuang untuk mendapatkan fasilitas dan perhatian. Identitas pemain Persema adalah timnya. Tentu saja, ini berubah waktu mereka pulang atau ke tempat lain sendirian, tetapi waktu mereka masih di Malang dan bermain untuk Persema, mereka mengidentifikasi dirinya sebagai anggota Persema.

Tim Balap Sepeda
            Walaupun sepak bola adalah olah raga yang paling besar di Malang, ada jenis olah raga lain yang juga sudah mendapatkan perhatian di Malang. Olah raga ini termasuk balap sepeda dan paralayang. Tim balap sepeda dan paralayang adalah di antara tim yang paling besar dari Malang yang ikut PON XVI di Palembang.

            Waktu peneliti kunjungi velodrome untuk bertemu dengan tim balap sepeda, peneliti bertemu dengan beberapa atlet yang sedang istirahat sebelum mulai latihan lagi. Atlet di situ masuk PON XVI Palembang dan juga ada atlet yang mewakili Indonesia dalam kompetisi luar negeri. Tim balap sepeda ini terlihat kuat sekali. Bukan secara individu, tetapi kuat sebagai tim. Waktu pertama kali peneliti kunjungi velodrome, hanya ada sedikit orang. Ada yang memperbaiki sepedanya, dan yang lain hanya duduk bersama sambil ngobrol. Ada yang mau membantu peneliti melakukan penyebaran angket tetapi yang lain berkata bahwa tidak apa apa, satu orang dapat mewakili semua anggota tim. Mereka kelihatan mempunyai kepercayaan pada anggota tim lain tetapi juga, sama dengan yang sudah peneliti alami dengan tim Persema, waktunya mahal. Waktu yang lain peneliti ke velodrome itu berbeda karena ada lebih banyak atlet di sana, dan peneliti dapat kesempatan untuk melihat bagimana mereka saling berinteraksi. Mereka kelihatan teman yang baik sekali dan semua duduk di kamar bersama waktu tunggu untuk memulai latihan. Peneliti melihat mereka sangat disiplin. Peneliti juga melihat velodrome, yang, walaupun satu atlet berkata bahwa dia ingin Malang mempunyai velodrome yang bersih dan bagus seperti dia lihat waktu berkompetisi di Adelaide Australia, velodrome itu masih bagus. Ketika ditanya tentang upaya yang dilakukan para atlet balap sepeda tersebut, maka mereka menjawab akan berupaya memajukan olah raga balap sepeda yang ada di Malang, termasuk meningkatkan kemampuannya di balap sepeda dan berupaya menjadi juara dunia. Ketika peneliti ke velodrome pada bulan puasa dan walaupun ada anggota tim yang puasa, mereka masih terus ikut latihan. Akhirnya, setiap orang disana mengisi angket peneliti dan peneliti menemukan data bahwa mereka betul disiplin sekali, dan berlatih keras. Pada jawaban mereka, banyak menyebut bahwa mereka mau ikut kompetisi nasional atau internasional dan menjadi juara. Ada atlet balap sepeda berpendapat bahwa olah raga sudah sangat maju di Malang, khususnya balap sepeda. Juga ada yang berkata bahwa olah raga di Malang lumayan, dan sudah mulai ada perhatian. Secara umum, merekat berpikir bahwa olah raga di Malang cukup maju, khususnya balap sepeda. Akan tetapi, juga ada beberapa pemain balap sepeda yang mengaku bahwa mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain.

Kelompok atlet ini kelihatan mempunyai disiplin. Mereka ikut tim balap sepeda yang mempunyai perhatian yang sudah cukup dan mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain karena mereka tidak usah tahu. Mereka mau menjadi paling bagus atau juara dalam olah raganya dan ada beberapa yang bisa mendapat jaminan hidup kalau bermain. Mereka atlet elit, bagian tim balap sepeda dan mereka hidup untuk olah raganya.

Tim Paralayang
            Peneliti juga menghadiri upacara penghargaan atlet PON XVI yang berlangsung di Malang pada tanggal 28 Oktober 2004. Peneliti mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan semua atlet Malang yang ikut PON XVI. Selain tim balap sepeda, kelompok kuat lain yang mempunyai sifat-sifat cukup sama dengan tim balap sepeda adalah atlet atau tim paralayang. Mereka kelihatan seperti dalam situasi sama dengan tim balap sepeda terutama perhatiannya dalam bidang olah raganya. Tim paralayang dan balap sepeda kelihatan sudah berteman dan saling kenal. Mereka mempunyai pancaran termasuk dalam satu klub atau kelompok, dan kelihatan hanya ada satu cara untuk ikut kelompok itu, yaitu ikut paralayang. Yang menarik tentang pemain paralayang di Malang adalah bahwa waktu ditanya apa maksud olah raga untuk Anda, semua tim paralayang menjawab kesehatan. Ini bukan olah raga yang mereka terkuni sejak masih kecil tetapi olah raga yang hanya dimulai waktu mereka sudah dewasa. Mereka ikut klub untuk bermain paralayang karena mereka berpendapat bahwa pandangan dan pengalaman paralayang enak sekali. Mereka ikut karena mereka mau mengalami pengalaman tersebut. Selain itu, mereka mencari teman dalam melakukan olah raga ini.

Analisa
            Secara umum, atlet tersebut di atas, atau atlet yang termasuk dalam olah raga yang sudah maju tidak tahu tentang olah raga lain di Malang. Dari semua responden, mereka berkata bahwa olah raga yang mereka ikut di Malang cukup maju, dan mereka tidak tahu tentang olah raga lain. Mereka menekuni olah raga yang diikutinya, mereka mempunyai timnya. Ini membuat mereka komplit dalam hidup olah raga. Mereka termasuk dalam klub atau organisasi sendiri, dan itu klub atau organisasi yang kuat sekali dalam kebersamaannya. Mereka secara umum tidak memfokuskan pada olah raga lain yang harus berjuang untuk maju karena mereka hanya tahu tentang situasi dalam olah raga mereka sendiri. Atlet berprestasi ini, termasuk pemimpin dan anggotanya seperti klub sendiri. Memang masih ramah dan akan membantu orang lain, tetapi mereka sudah mempunyai identitas, dan identitas itu berjalin dengan olah raganya.

2. ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG BELUM MENDAPATKAN PERHATIAN

Atlet PON XVI Lain
            Pada pihak yang lain, ada beberapa atlet yang sudah berprestasi tetapi bermain olah raga yang kurang mendapatkan perhatian di Malang. Atlet ini ikut PON XVI Pelembang tetapi sebagai tim dengan hanya satu, dua atau tiga atlet. Mereka masih atlet berprestasi seperti atlet lain, tetapi mereka tidak sebagian kelompok besar seperti tersebut di atas. Yang menarik tentang atlet ini adalah bahwa mereka menjadi satu kelompok dari beberapa jenis olah raga. Walaupun mereka tidak masuk tim yang besar, mereka masih mencari atlet dari olah raga lain dan berteman. Ini dapat dilihat di upacara penghargaan atlet PON XVI tersebut. Semua atlet sudah kenal atlet yang lain dalam tim PON XVI Jawa Timur dan kelihatan seperti teman, tetapi untuk olah raga yang yang kurang mendaptkan perhatian tidak ada tim tetapi ada atlet sendiri, berdua atau bertiga saja. Dalam angket, lain dengan orang yang bermain olah raga yang sudah cukup besar, semua atlet ini berkata bahwa olah raga yang ditekuni tidak mempunyai cukup perhatian di Malang. Misalanya, seorang atlet berkata bahwa olah raganya, panjat tebing, masih kurang sarana. Dia juga berkata bahwa pengurus harus memperhatikan kebutuhan atlet seperti prasarana dan dana. Sepemain softball berpendapat bahwa olah raga di Malang masih kurang perhatian baik dari masyarakat ataupun pemerintah. Tidak hanya atlet PON XVI, seorang atlet yang ikut Olimpiade Athena juga ingin olah raga di Malang lebih diperhatikan, panjat tebing khususnya, supaya olah raga panjat tebing di kota Malang lebih banyak peminatnya dan berprestasi setinggi-tingginya.

Analisa
Dua kelompok atlet tersebut masih bermain untuk alasan yang sama dengan atlet lain, misalnya hobi, menyenangkan dan kesehatan. Mereka mau prestasi seperti atlet apa saja, dan percaya bahwa semua olah raga di Malang harus mempunyai lebih banyak perhatian untuk menjadi lebih maju. Akan tetapi, atlet yang mempunyai perjuangan mau prestasi bukan hanya untuk sendiri tetapi juga karena kalau mereka berhasil, itu dapat membantu olah raganya berkembang dan mendapat lebih banyak perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Identitas mereka termasuk perjuangannya untuk menjadi juara jadi orang lain bisa mengetahui lebih banyak tentang olah raganya. Kalau mereka berhasil dalam kompetisi, mereka dapat memakai itu sebagai cara untuk meningkat perhatian olah raga di Malang. Atlet lain seperti tim balap sepeda sudah memasuki timnya dan identitasnya termasuk tim dan olah raganya. Mereka sudah termasuk dalam klub dan ini bagian hidup dan identitasnya.

Kesimpulan
            Yang penting tentang semua atlet berprestasi di Malang adalah bahwa mereka tahu waktu ikut pertandingan atau kompetisi, mereka membawa nama daerahnya. Waktu seorang Malang berkompetisi di Olimpiade Athena, dia berkata, “setiap saya bertanding, baik di Indonesia maupun luar negeri saya selalu bawa nama daerah dan negara saya.” Selain itu, waktu seorang atlet ditanya di upacara penghargaan atlet PON XVI, dia berkata dia bangga sekali bahwa dia bisa mewakili Jawa Timor dan Malang dan ambil nama kotanya ke seluruh Indonesia. Tanpa memperhatikan olah raga apa saja, atlet-atlet tersebut menghormati atlet olah raga olah lain dan semua atlet ingin olah raga menjadi lebih maju di Malang pada masa depan.


B. MOTIVASI PEMAIN OLAH RAGA

Pendahuluan
Bagian ini akan menggambarkan tentang orang yang bermain olah raga karena mereka senang bermain, walaupun tidak akan berkompetisi pada tingkat nasional atau internasional. Mereka bermain untuk klub atau organisasi dan biasanya berlatih beberapa kali seminggu. Orang tersebut bermain untuk beberapa alasan, dari menyenangkan saja sampai mempersiapkan untuk kompetisi. Kebanyakan mereka bermain untuk menyenangkan dan untuk kesehatan.

Mereka berlatih beberapa kali seminggu karena tanpa olah raga, mereka akan bosan atau merasa kurang. Untuk orang seperti ini, olah raga dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh, untuk kesehatan, membina mental, mencapai prestasi dan sosialisasi. Mereka bermain untuk mereka sendiri, karena mereka mau bermain. Olah raga adalah bagian dari kehidupan mereka.

Metode
            Untuk bagian ini, peneliti bertanya kepada kelompok anak Universitas Negeri Malang. Ada anak yang ikut jurusan olah raga, dan ada anak di jurusan lain. Peneliti ke tempat olah raga mahasiswa dimana ada orang yang bermain beberapa jenis olah raga. Ada bola voli, karate, pencat silat, sepak bola, bola basket dan sebagainya. Betul, anak hanya dari satu universitas, dan observasi hanya tentang anak ini. Akan tetapi, saya memfokuskan pada kelompok ini karena mereka dari beberapa jenis olah raga dan mempunyai pendapat sendiri tentang olah raga di Malang. Dalam topik olah raga dan identitas, kelompok ini mungkin kelompok utama yang menunjukkan bahwa olah raga dapat menjadi bagian hidup untuk orang. Mereka mewakali banyak orang lain di Malang yang bermain untuk alasan yang sama. Seperti atlet berprestasi, peneliti juga memberi orang ini angket khusus untuk anak ini. Yang menarik tentang kelompok ini adalah bahwa mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan secara penuh dan lengkap. Mereka mempunyai pendapat tentang banyak aspek olah raga di Malang, dan tidak malu untuk mengemukakan pendapatnya.

Jawaban dan Observasi
            Waktu peneliti ke tempat mereka berolah raga dan memberi angket, peneliti agak terkejut dengan jawaban tentang berapa sering mereka bermain. Kebanyakan mereka berlatih sering sekali dan cukup intensif. Waktu peneliti bertanya berapa kali seminggu mereka bermain, hanya ada satu orang dari dua puluh responden yang berlatih dua kali seminggu. Semua yang lain berlatih tiga kali seminggu atau lebih, dan ada beberapa orang yang berlatih sebanyak enam kali seminggu atau setiap hari. Alasan spesifik kenapa mereka ikut sangat berbeda untuk semua orang. Ada yang bermain untuk mengisi waktu kosong. Beberapa orang berkata mereka ikut olah raga untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh dan membentuk tubuh. Ada yang bermain untuk menyenangkan sebagai hobi saja. Responden lain berkata bahwa dia bermain “karena ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Ada yang berkata bahwa mereka mau mencapai prestasi, dan seorang lain suka bermain karena dapat menemukan tantangan baru. Mereka suka sosialiasi dalam olah raganya dan juga ada yang berkata olah raga adalah bagian dari hidupnya.

            Selain dari faktor kesehatan dan fisik, dari observasi peneliti, ada banyak orang yang ikut olah raga karena mereka bisa membuat teman baru dan mempunyai kesempatan untuk sosialiasi. Sebenarnya mereka ke lapangan untuk latihan tetapi ada kesempatan untuk sosialisasi juga. Misalnya ketika peneliti ke situ, pemain tidak bisa berlatih karena mulai hujan. Jadi, sambil menunggu hujan berhenti semua anggota duduk di ruang yang sama dan ngobrol untuk beberapa jam. Mereka ramah kepada semua orang yang ada di situ, dan waktu ada anggota baru, mereka diterima juga. Misalnya peneliti lihat ada anggota lama yang belum kenal dengan orang yang baru ikut. Anggota lama itu langsung, tanpa menunggu untuk menyapa orang lain, memperkenalkan diri dan ngobrol tentang jurusan kuliah dan sebagainya.

            Selain itu, sosialisasi ini dapat dilihat dengan kelompok karate waktu ada training camp atau satu malam mereka pergi ke tempat lain bersama untuk berlatih. Mereka tinggal untuk satu atau dua malam dan berlatih di tempat alami dan indah. Peneliti tidak pernah ikut training camp seperti itu, tetapi sudah melihat semua foto-foto dan mendengarkan cerita dari orang yang ikut. Laki-laki dan perempuan tetap ikut bersama. Ada foto mereka semua berteriak dan tertawa waktu main di sungai sambil masih memakai seragam. Kelihatan semua orang senang dan suka sekali training camp seperti itu karena mereka bisa berdua berlatih dan bermain dengan temannya. Mereka memilih sendiri untuk ikut training camp dan mereka suka ikut karena bisa menjadi lebih akrab dengan teman olah raganya dan juga karena bisa berlatih di tempat indah. Mereka tidak akan melupakan hal ini dalam hidupnya, dan mereka senang sekali waktu iktu. Olah raga tersebut merupakan bagian dari hidupnya.

Hal lain yang dapat digambarkan adalah bahwa ada banyak klub atau organisasi yang belum mempunyai fasilitas atau tempat berlatih yang cukup. Misalnya tim karate harus berlatih di padang ramput di tengah jalan. Mereka tidak mempunyai gedung yang bisa dipakai atau tempat lain yang memadai. Ini sama dengan olah raga lain tetapi mereka terus bermain bagaimanapun kekurangan fasilitas. Ini memunculkan persoalan untuk mereka pada musim hujan, karena biasanya hujan setiap hari dan mereka tidak bisa berlatih kalau hujan karena tidak ada tempat yang tertutup. Mereka berkata bahwa memang mereka sangat ingin dan akan senang kalau dikasih fasilitas yang baik, tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada kemampuan atau uang untuk mendapatkan fasilitas yang mereka inginkan. Oleh karena itu, beberapa responden berpendapat bahwa olah raga yang mereka ikuti harus terus mendapat lebih banyak dukungan dan perhatian dari pemerintah.

Analisa
Walaupun ada banyak sekali olah raga lain di Malang yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini, namun kelompok ini mempunyai jawaban yang relevan dan dapat mewakili seluruh Malang. Mereka berlatih dengan fasilitas yang kurang lengkap dan semua orang mempunyai alasan berbeda untuk bermain. Akan tetapi, yang ditemukan dari observasi dan angket adalah bahwa semua orang sangat cinta olah raga. Mereka cinta itu untuk berberapa alasan, tetapi semua orang bermain karena mereka mau dan suka. Kalau tidak ada olah raga untuk orang tersebut, hidupnya kurang lengkap. Dalam konteks olah raga dan identitas, olah raga adalah bagian besar identitasnya karena mereka bermain beberapa kali seminggu. Olah raga adalah separuh hidupnya, dan sebagian lagi untuk digunakan tidur. Mereka mengerti tentang olah raga lain, dan kecintaan olah raga menambah pengetahuan tentang isu olah raga dalam komunitas lokal, nasional dan dunia.


Kesimpulan
            Kelompok ini mempunyai berberapa alasan mereka bermain olah raga tetapi semuanya berlatih sering sekali. Olah raga merupakan bagian dari hidupnya dan karena itu, bagian mereka sendiri. Mereka merupakan bagian dari kelompok besar pemain olah raga di Malang.


C. OLAH RAGA SORE DI TEMPAT UMUM

Pendahuluan
Ada sebagian besar olah raga di Malang yang tidak diorganisasikan dan tidak dipimpin. Ini adalah olah raga di jalan, di mana setiap sore anak dari mana-mana keluar rumahnya dan bermain olah raga di lapangan umum atau jalan. Mereka bermain dengan siapa saja yang mau bermain.

            Ada beberapa jenis olah raga yang dilakukan di jalan. Tentu saja ada anak yang bermain sepak bola, tetapi selain itu ada bulu tangkis, bola basket, bola voli, skateboard, sepeda dan beberapa jenis lain. Kalau ada olah raga bisa bermain di jalan, biasanya ada anak yang akan bermain.

Metode
            Dekat tempat tinggal peneliti ada beberapa lapangan dan jalan besar di mana anak bisa bermain. Setiap sore ada orang yang lewat depan rumah peneliti untuk bermain sepak bola di lapangan dan juga ada anak yang bermain skateboard dan sepeda. Jadi sering kali peneliti lewat di sekitar tempat mereka berolah raga dan sering menonton mereka bermain atau berbicara dengan mereka. Kadang-kadang peneliti juga ikut, dan sudah menjadi teman dengan anak ini. Ada olah raga di jalan di mana-mana di Malang jadi sering kali peneliti ke tempat lain atau rumah teman dan melihat anak bermain di jalan di sekitar rumahnya. Peneliti juga memberi anket kepada beberapa pemain dan bertanya kepadanya.


Sepak Bola
            Setiap sore banyak anak keluar dari rumah atau kampungnya dan berkumpul di lapangan umum untuk bermain sepak bola. Walaupun itu lapangan umum, semua orang tahu bahwa lapangan dibagi dalam waktu, yaitu orang yang masih mudah tahu bahwa mereka boleh bermain sampai kira-kira jam empat, dan setelah itu anak kecil keluar lapangan dan orang yang lebih tua akan bermain. Pembagian waktu ini sudah diketahui oleh semua anak dan dimengerti oleh semua orang. Jadi anak besar tidak mengganggu anak kecil dan baliknya. Setiap kali peneliti melihat, anak selalu bermain di lapangan yang sama biasanya dengan pemain yang sama.

            Waktu mereka bermain, mereka juga tahu siapa ikut tim yang mana, jadi tidak perlu memakai baju yang sama atau seragam. Sekali peneliti bertanya tentang hal ini, bagaimana mereka tahu siapa termasuk di timnya. Mereka menjawab bahwa orang hanya tahu. Mereka sudah bermain sepak bola bersama cukup lama jadi tahu siapa kawan seregunya. Sehal yang menarik terjadi pada suatu hari waktu peneliti duduk dengan salah satu kelompok anak sambil mereka menunggu anak lain. Ada anak yang berjalan di jalan raya sambil membawa bola. Teman peneliti berteriak kepada anak tersebut. Mereka diterima seperti teman, tetapi waktu peneliti bertanya kepada teman siapa nama anak lain itu, jawaban adalah bahwa dia tidak tahu. Peneliti terkejut sekali karena mereka sering bermain bersama seperti biasa dan sebelum waktu itu peneliti mengira mereka sudah saling kenal karena hubungannya kelihatan cukup akrab. Kelihatan mereka tidak peduli siapa yang bermain, hanya bahwa mereka mempunyai cukup orang untuk membentuk dua tim.

Mereka bermain setiap hari, sementara berteriak dan bercanda bersama dan pertandingnya tidak terlalu serious. Mereka secara santai ikut peraturan-peraturan permainan sepak bola tetapi tidak ada wasit dan biasanya tidak ada percekcokan. Ada orang yang memakai sepatu sepak bola tetapi kebanyakan tidak bersepatu. Akan tetapi, semuanya memakai baju dan celana pendek. Orang yang bermain mempunyai kepandaian yang cukup bagus dan berlari agak cepat. Ada yang bermain untuk klub atau organisasi yang ikut, dan ada yang ikut hanya untuk kesenangan. Mereka tidak peduli tentang cuaca, dan ada beberapa orang yang masih bermain kalau lapangan basah dan juga ada sedikit orang yang akan bermain kalau hujan. Pemainan sepak bola sudah menjadi kebiasaan sehari-hari untuk banyak anak kampung, tidak hanya di tempat peneliti tetapi di beberapa lapangan lain di seluruh Malang.

Skateboard
            Selain sepak bola, ada kelompok anak laki-laki yang bermain skateboard di tepi jalan besar. Mereka mempunyai papan sendiri, tetapi mereka juga mempunyai perlengkapan skateboard seperti landai dan galah yang mereka simpan di depan rumah di sekitar tempat bermainnya. Setiap hari, kira-kira jam empat mereka menyiapkan perlengkapan dan main skateboard selama dua jam atau lebih. Jumlah anak di situ tergantung pada hari, biasanya paling kurang tiga, sampai sepuluh orang atau lebih. Mereka tidak peduli bahwa orang yang lewat dapat melihat mereka berlatih dan jatuh, mereka hanya peduli tentang bermain skateboard terus. Anak-anak skateboard ini sudah saling berteman. Berbeda dengan anak yang bermain sepak bola, yang bermain skateboard semua teman yang akrab sekali. Umurnya berbeda, ada anak yang ikut Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan juga termasuk mahasiswa.
Mereka seperti ‘gerombolan skateboard’. Mereka teman yang akrab sekali, tidak peduli tentang umur atau sekolah mereka dan biasanya tidak berbicara tentang sekolah atau kuliah. Ada yang mempunyai sepeda motor dan telepon selular dan ada yang tidak. Mereka tidak peduli dengan status atau posisinya dalam masyarakat, mereka hanya berkumpul untuk menghabiskan waktu dan berlatih skateboard. Akan tetapi, kelompok ini tidak menakutkan dan eksklusif. Sebetulnya balik. Mereka suka sekali bertemu dengan orang lain, dan itu alasan peneliti menjadi temannya. Sama dengan anak lain yang mau ikut skateboard. Misalnya, ketika ada anak kecil, kelihatan kira-kira usianya delapan tahun dan suka sekali menonton anak bermain skateboard. Anak kecil ini datang dengan bapaknya dan kelihatan sangat berminat untuk mencoba bermain sendiri tetapi dia merasa terlalu malu. Anak ‘gerombolan skateboard’ langsung memberi anak itu sepapan untuk dipakai dan berkata, ‘ayo, coba, tidak apa apa’ sampai anak itu tidak takut lagi dan mencoba bermain sendiri.

            Anak yang bermain skateboard ini, selain bermain setiap hari bersama, juga sering menghabiskan waktu bersama pada malam. Biasanya anak yang masih sekolah tidak ikut tetapi mereka yang tidak bersekolah sering bersama. Mereka menonton film, makan atau bermain musik bersama, dan kadang-kadang membolos sekolah atau kuliah untuk bermain. Kalau malam minggu, mereka akan bermain di rumah atau ke kafe, dan yang ikut mempunyai usia yang berbeda-beda. Mereka teman yang baik, ataupun mereka ikut skateboard karena temannya sudah bermain atau skateboard dan bertemu teman, bermain skateboard adalah bagian hidup mereka. Bermain skateboard adalah kesempatan untuk mereka melepaskan diri dari persoalan atau tekanan hidup dan menghabiskan waktu secara bersama-sama.

Olah raga Lain di Jalan
            Olah raga sepak bola dan skateboard tersebut merupakan dua olah raga yang dilakukan di jalan. Ada beberapa jenis lain yang juga dilakukan setiap sore. Peneliti lihat di satu lapangan besar ada banyak orang yang bermain macam-macam olah raga dengan beberapa pertandingan dan permainan di satu lapangan. Ada orang yang bermain layang-layang, ada yang ikut lomba burung dan bola voli. Di tempat lain ada yang bermain olah raga seperti bulu tangkis dan bola basket. Mereka bermain sebagai hobi, menjaga kesehatan dan sosialiasi dengan temannya. Olah raga tersebut tidak semuanya dimainkan oleh masyarakat Malang, tetapi yang betul, olah raga dimainkan dimana-mana di Malang, setiap sore sampai menjelang malam.

Analisa
            Anak-anak yang bermain di tempat umum bermain hampir setiap hari. Mereka bermain biasanya karena mereka menjalurkan hobi dan bermain sejak kecil. Itu tempat mereka bisa bertemu dengan teman dan bermain secara senang dan melupakan sebentar semua persoalan hidup. Bermain di tempat umum seperti itu merupakan cara biasa yang dilakukan bagi anak Malang, dan sudah menjadi gaya hidup mereka.

Kesimpulan
Olah raga sore sudah dianggap biasa oleh semua orang yang ikut, dan mereka akan terus bermain setiap hari untuk jangka waktu tidak terbatas. Itu cara hidup untuk beberapa anak di seluruh Malang. Kalau bermain olah raga yang terkenal di Indonesia seperti sepak bola atau olah raga yang tidak biasa seperti skateboard, maka anak menjadi senang dan berolah raga untuk kesenangan dan sosialiasi. Mereka juga menikmati manfaat olah raga terutama untuk menjaga kondisi tubuh dan kesehatan.

D. PENDAPAT MASYARAKAT MALANG TENTANG OLAH RAGA DAN PEMAINNYA


Pendahuluan
Olah raga di seluruh dunia memerlukan pendukung-pendukung dan orang yang siap untuk membantu dalam kompetisi lokal untuk memajukan dan memastikan olahragawan yang sudah berprestasi dapat terus dan menjadi atlet. Ada beberapa orang di Malang yang tidak bermain olah raga, tetapi masih terlibat. Misalnya kalau mereka menonton olah raga di televisi, stadion atau lapangan lokal, atau setiap minggu mengantar anaknya untuk bermain. Orang seperti ini menjadi bagian masyarakat yang membantu olah raga menjadi maju. Tanpa orang seperti ini, olah raga hanya akan termasuk pemain, dan kalau tidak ada orang yang mau menonton, olah raga tidak bisa menghasilkan uang atau fasilitas untuk maju. Oleh karena itu, bagian ini akan menggambarkan bagaimana pendapat masyarakat Malang tentang olah raga dan pemainnya.

Metode
Data atau informasi yang diperoleh dijaring melelui angket peneliti, bertanya kepada orang secara langsung dan melakukan wawancara dengan beberapa orang. Responden tersebut termasuk mereka yang tidak tahu tentang olah raga di Malang sampai orang yang mengambil jurusan olah raga di universitas.

Pendapat Masyarakat Malang tentang Olah Raga dan Pemainnya
Pendapat masyarakat Malang tentang olah raga dan pemainnya tergantung pada orang spesifik dan kesukaannya terhadap olah raga. Orang yang terlibat dalam olah raga biasanya mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang dan Indonesia yang lebih luas daripada orang yang tidak terlibat secara langsung dalam olah raga. Ada juga orang Malang yang tidak mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang dan biasanya kalau mereka menonton, mereka hanya menonton satu tim yang paling disukai secara langsung atau menonton olah raga dari luar negeri di televisi. Waktu ditanya, mereka tidak mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang, dan juga tidak tahu tentang keberhasilan tim Jawa Timur di PON XVI atau Indonesia di Olimpiade.

            Mahasiswa yang mengikuti jurusan olah raga di universitas mempunyai banyak pikiran tentang olah raga di Malang dan pemainnya. Ada yang percaya bahwa olah raga di Malang sudah bagus dan cukup maju karena ada tim seperti Arema dan Persema. Akan tetapi, mereka berpendapat bahwa perkembangan olah raga di tingkat sekolah masih kurang. Selain itu, ada mahisiswa lain yang berpendapat bahwa olah raga di Malang kurang maju karena kurang mendapat dukungan dan fasilitas yang baik. Diantaranya ada yang berkata bahwa alasan kenapa Indonesia tidak mempunyai atlet elit adalah karena orang pada tingkat lokal, termasuk Malang, tidak memfokuskan pada satu olah raga saja. Mereka ikut olah raga yang populer pada waktu itu. Misalnya, kalau ada bulu tangkis di televisi, mereka akan bermain bulu tangkis di jalan. Itu sama untuk olah raga lain seperti sepak bola dan bola voli.

Wawancara dengan Guru Tenaga Pengajar
Waktu saya di kantor KONI Malang, ada seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kantor itu. Sebagai guru tenaga pengajar, dia terlibat dalam olah raga tetapi tidak secara langsung. Pikirannya mirip jawaban orang Malang yang percaya bahwa olah raga di Malang harus ada perhatian yang serious dari semua unsur baik masyarakat maupun pemerintah, jadi pikiran dia dapat mewakili bagian masyarakat tersebut. Dia mempunyai beberapa pendapat bahwa status olah raga baik, tetapi masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki atau diperhatian oleh pemerintah daerah untuk memajukan olah raga.

Guru tersebut mempunyai pendapat bahwa tidak cukup perhatian dalam olah raga dari pemerintah dan khususnya pemerintah daerah. Dia berkata kalau anak mempunyai prestasi di bidang olah raga, masih kurang perhatian pada masa depannya. Walaupun mereka pemain olah raga yang baik, menurut kebanyakan orang, masa depannya untuk bekerja, studi dan macam-macam karena mereka hidup tidak untuk bermain olah raga saja. Walaupun semua daerah mempunyai klub sepak bola, kebanyakan anak tidak mempunyai kesempatan untuk maju karena orang tuanya tidak mempunyai kemampuan untuk membawa anaknya ke tempat lain seperti klub yang lebih besar. Misalnya, kalau anak ingin berangkat ke stadion Gajayana, tergantung dengan orang tuanya. Anak-anak sendiri tidak bisa. Atau kalau orang sudah maju atau sudah profesional, masih tidak ada jaminan untuk masa depannya. Menurut guru itu, ada juga faktor ekonomi daerah. Dia berpikir bahwa sudah saatnya untuk lebih banyak perhatian walaupun masih ada banyak rintangan. Dia berpendapat bahwa publikasi juga masih kurang sekali. Kecuali mereka yang tinggal di kota sudah dapat fasilitas padahal mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di desa. Menurut dia, orangnya banyak yang terbatas. Walaupun guru tersebut sangat suka olah raga dan ingin berolah raga di Indonesia menjadi lebih bersaing, dia juga tahu tentang negara lain dan berpendapat bahwa Indonesia masih jauh sebelum mempunyai fasilitas dan perhatian yang cukup, terutama dari pemerintah.

Kebanyakan orang lain yang saya tanya di Malang tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga di Malang. Teman saya yang ikut olah raga berkata bahwa hampir semua temannya tidak ikut bermain olah raga sama sekali. Dia mengatakan bahwa mereka, seperti banyak remaja Malang lebih senang duduk sambil ngrobrol dan merokok saja. Kebanyakan responden berkata bahwa mereka suka tim sepak bola Arema tetapi selain itu mereka tidak tahu tentang olah raga dan sebetulnya tidak tahu keberhasilan Malang sebagai bagian tim Jawa Timur di PON XVI.

Analisa
            Ketika saya melakukan penelitian untuk bagian ini, peneliti dapat menjelaskan jawaban responden sangat tergantung pada responden sendiri. Responden yang mempunyai perhatian luar biasa tentang olah raga seperti guru tersebut di atas atau anak jurusan olah raga mempunyai beberapa pendapat tentang olah raga di Malang dan dapat menjelaskan untuk lama sekali tentang hal itu. Pada sisi lain ada sebagian masyarakat Malang yang tidak mempunyai pendapat tentang olah raga, dan biasanya mereka tidak ikut berolah raga. Mereka biasanya hanya tahu tentang kedua tim sepak bola Malang, Arema dan Persema. Tim bola basket juga populer tetapi penelitian tidak termasuk mengamati bola baket. Biasanya, kalau orang yang ditanya ikut bermain olah raga, maka mereka akan tahu cukup banyak tentang olah raga yang diikutinya, tetapi tidak terlalu banyak tahu tentang olah raga lain. Peneliti menemukan bahwa Arema adalah tim yang paling disukai dan terkenal di Malang, dan Persema nomor kedua. Masyarakat di Malang, khususnya orang yang bermain suka olah raga, tetapi kesukaan ini tidak dilanjutkan untuk menjadi seperti kebudayaan masyarakat. Tidak seperti negara lain, kalau orang Malang tidak terlibat dalam olah raga tertentu, mereka tidak tahu, kecuali tim Arema. Dalam semua penelitian saya, saya tidak bertemu orang yang belum tahu tentang Arema dan Aremania. Arema dapat dikatakan mempunyai kebudayaan sendiri namun tidak bisa disamakan dengan olah raga lain.

Faktor Penyebab Arema lebih terkenal dari Olah Raga Lain di Malang
Faktor penyebab Arema lebih dikenal oleh masyarakat Malang adalah karena Arema sudah ada sejak dulu dan termasuk kebanggaan masyarakat Malang. Sebelum tim sepak bola Arema didirikan, sudah ada Arema yang mempengaruhi perasaan dan menjadi kebanggaan masyarakat Malang. Arema sebagai tim sepak bola menjadi simbol Arema yang sudah ada sehingga menjadi populer dan mendapat dukungan seperti Aremania. Pemain dan tim olah raga lain tidak mempunyai kebanggaan Arema seperti tim Arema dan Aremania. Oleh karena itu, pemain atau tim di Malang harus mempunyai perasaan bangga terhadap bangsa sebelum mereka melakukan kegiatan olah raga di lapangan. Tanpa kebanggaan atau nasionalisme pada tingkat lokal, kelihatan orang Malang tidak akan mendukung tim olah raga. Jika hal ini terjadi maka tentu Indonesia tidak mendapatkan banyak dukungan di Olimpiade Athena.

Pendapat orang Malang tentang Indonesia di Olimpiade Athena
Sebagai pihak lain dalam penelitian ini, peneliti ingin bertanya tentang pendapat orang Malang berkait dengan keikutsertaan Indonesia dalam Olimpiade Athena pada Augustus 2004. Walaupun ini tidak berhubungan langsung dengan topik, ini masih relevan karena kalau olah raga di Indonesia maju pada tingkat lokal, biasanya bisa meningkat pada tingkat nasional. Topik ini termasuk pikiran orang yang suka olah raga dan tahu tentang keberhasilan Indonesia di Olimpiade Athena.

            Di Malang, pendapat masyarakat kenapa keberhasilan tim nasional Indonesia agak buruk di Olimpiade Athena bermacam-macam. Ada yang percaya bahwa tidak ada cukup fasilitas di Indonesia, atau fasilitasnya tidak terlalu bagus dan pemerintah tidak memberi cukup uang untuk mendapatkan fasilitas yang bagus. Lebih lanjut dari itu, ada yang berpendapat bahwa pemerintah, baik pemerintah lokal maupun pemerintah nasional tidak membangunkan cukup program pengembangan pemain mudah dan tidak ada cukup perhatian untuk olah raga pada tingkat dasar. Ada yang juga mengkritik KONI Pusat yang kurang perhatiannya. Ada yang berkata bahwa kebanyakan tim nasional di Indonesia kurang disiplin dan motivasi. Mereka berpikir bahwa pemain nasional tidak berlatih secara serious, bahkan kalau ada kesempatan mereka pulang dan membolos latihan tanpa minta izin terlebih dahulu. Ada yang mengira bahwa orang Indonesia tidak memfokuskan pada satu olah raga saja, tetapi ganti olah raga dengan kegemaran terbaru. Satu lagi pendapat yang cukup populer dan juga cukup menarik adalah bahwa orang Indonesia terlalu kecil secara fisik. Ada bagian masyarakat Malang yang berkata bahwa atlet Indonesia tidak bisa berkompetisi pada tingkat internasional karena badan orang Indonesia terlalu kecil dan tidak sekuat badan atlet dari negara lain. Alasan apapun, kalau Indonesia ingin memperbaiki kesuksesan di Olimpiade yang akan datang, kebanyakan orang ditanya setuju bahwa pemerintah harus mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan olah raga pada tingkat lokal sampai internasional.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
            Untuk sebagian masyarakat Malang, olah raga mempunyai fungsi dalam pembentukkan identitasnya. Fungsi itu ada karena bagi masyarakat Malang olah raga merupakan cara mereka bertemu teman, menghabiskan waktu atau olah raga sudah menjadi kesenangan atau hobi.

Aremania menunjukkan sebagian besar identitas Malang dan Aremania terkenal di seluruh Indonesia. Semua masyarakat Malang tahu tentang Aremania, dan kebanyakan mereka bergabung. Ada Aremania yang tidak pernah menonton tim Arema bermain namun masih tetap menyatakan dirinya sebagai Aremania. Aremania adalah cara hidup atau identitas untuk banyak masyarakat Malang karena prinsip dan kebanggaan Arema sudah ada sejak dulu dan terutama sekali ketik mereka berada di lapangan sepak bola.

Untuk sebagian masyarakat yang bermain olah raga lain dari sepak bola, mereka merasa sama tentang olah raga sendirinya. Itu bagian dari hidup untuk mereka. Sering kali mereka bermain olah raga setiap hari, dan mengajak beberapa temannya untuk mengikuti latihan. Mereka berjalan ke tempat lain dan mempunyai pengalaman luar biasa yang mempunyai fungsi dalam pembentukkan identitas karena olah raga yang ditekuninya menjadi kebanggaan bagi dirinya.

Beberapa masyarakat Malang setujuh bahwa masih kurang perhatian atau fasilitas untuk olah raga di Malang. Oleh karena itu, mereka berjuang untuk meningkatkan perhatian sehingga mereka mendapatkan fasilitas yang lebih lengkap karena hal itu menjadi penting dalam hidup mereka. Perjuangan menjadi cara mereka mendefinisikan dirinya dan mereka akan berusaha untuk menjadi lebih bagus dalam olah raga yang ditekuninya untuk meningkatkan tingkat perhatian olah raga di Malang. Mereka juga tahu bahwa nanti kalau mereka sukses, itu bisa dibawa ke tingkat nasional dan meningkatkan posisi atau status kota Malang.

Saran-saran
            Untuk sebagian masyarakat Malang yang suka olah raga dan sudah terlibat, olah raga menciptakan perasaan kesatuan dalam kelompok olah raga yang ditekuninya menjadi penting. Arema dan Aremania sudah menunjukkan bahwa orang Malang akan mendukung secara penuh pemain yang mereka banggakan. Oleh karena itu, kalau pemerintah bisa melestasikan perasaan Arema ke olah raga lain, pemerintah dapat mengunakan kekuatan ini untuk kesatuan dan persatuan. Melalui olah raga, pemerintah dapat lebih mempersatukan masyarakat kota Malang.

DAFTAR PUSTAKA

“3 Ribu Aremania Tiba di Jakarta,” Jawa Pos, Oktober 5, 2004, hal. 32

Aremania Cyber Community, http://www.aremaniacyber.com/ [20/10/04]

“AS Juara Umum Olimpiade,” Malang Post, 31 Augustus 2004, Hal. 10

“Athens Olympics Over for Indonesia,” Laksamana.net, 26 Augustus 2004, http://www.laksamana.net/vnews.cfm?ncat=50&news_id=7420 [5/10/04]

“Berawal Ketika Nonton Arema di Gajayana,” Surya, 1 September 2004, hal. 19

“Claudio: Thanks Aremania!,” Jawa Pos, 14 Oktober 2004, hal. 29

“KONI Bisa Fokus Prestasi,” Jawa Pos, 19 Oktober 2004, hal. 26

“Saatnya Genjot Cabor Lumbung Emas,” Jawa Pos, 16 September 2004, hal. 26

“Setelah 47 Tahun, PON Kembali di Luar Jawa,” Kompas, 6 September 2004, hal. 43

“Sukses Sempurna!” Jawa Pos 12 Oktober 2004, hal. 19

“Sydney 2000 and Sports Development,” Australia Lecture, Australia Indonesia Institute, Jakarta 2 Juli 1997, http://www.magna.com.au/~knight/jakarta.html

“Tidur di Emperan, Makan Seadanya, tapi Tertib Nomor Satu,” Jawa Pos, 11 Oktober, 2004, hal. 20

Tulung, Sonny. “Sepak Bola Sekarang Beda,” Kompas, 5 September 2004, hal. 40

“TV Networks Deem Olympics Too Expensive,” Laksamana.Net, 2 Augustus 2004,

0 Response to "CONTOH MAKALAH OLAHRAGA DAN FUNGSI OLAHRAGA DALAM PEMBENTUKKAN IDENTITAS MASYARAKAT"

Posting Komentar